Judul Buku : Marmut Merah Jambu
Genre Buku : Nonfiksi – Komedi
Penulis : Raditya Dika Nasution
Penerbit : Bukuné
Tebal Buku : 222 hlm
Harga Buku : Rp 39.000
KEPENGARANGAN
Novel ini hanya memiliki tebal buku 218 halaman. Kalo dilihat sepintas, buku ini memang buku yang paling tebel bila dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya yang telah terbit, yakni Kambing Jantan; Cinta Brontosaurus, Radikus Makan Kakus, dan Babi Ngesot. Novel ini memang sangat cocok untuk dibaca oleh anak-anak muda jaman sekarang apa lagi untuk anak-anak yang suka menggunakan kata-kata yang lebay. Pada awal saya membeli buku ini saya bingung, buku ini sejenis novel, apa sejenis cerpen, kenapa…..? karena setelah saya membacanya dari judul satu kejudul yang lainnya sangat berbeda tidak terdapat klimaks pada satu judul itu. Pada awal tulisan radith mengatakan bahwa bukunya kali ini memang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan buku-bukunya yang sebelumnya. Selain bertemakan soal Cinta, komedi yang ditampilkan juga memang bener-bener beda. Tapi tetep, kekonyolan-kekonyolan si Radit masih tetap dipertahankan. Judul “Marmut Merah Jambu” sendiri mengisahkan tentang bagaimana manusia pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang penulis yang sedang jatuh cinta. Dari mulai bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai suka dengan orang lewat dunia maya atau lewat chatting. Dan dari mulai susahnya mutusin cewek, samapai ditaksir sama cewe aneh.
Tokoh utama yang ada pada novel ini adalah radit sendiri atau sering di sebut dengan Mutun” muka kartun”. Radith sering mengambil atau menulis judul dibuku-bukunya mengenai hewan kenpa…? karena ia berpikir kalo hewan itu sangat romantis terhadap pasangannya dan setia sampai mati. Radith juga sering memberikan contoh hewan yang romantis salah satu contohnya yaitu hewan “belalang sembah” walaupun belalang jantan tahu setelah kawin kepalanya akan dimakan oleh belalang betina tapi dia tetap melanjutkan pengorbanan cintanya itu, karena cinta itu perlu pengorbanan dan yang satu lagi hewan”burung lovebirds” burung ini sangat setia pada pasangannya walaupun sijantan telah mati dia tidak pernah mencari penggantinya lagi. Untuk judul novel ini sediri ia ambil dari sekor marmut merah jambu karena marmut itu sering loncat-loncat tidak tahu ingin kemana, apalagi kalo dia berada didalam roda dia pasti terus berlari tanpa ia tak tahu kapan ia harus berhenti. Sama halnya dengan kisah cinta yang dialami oleh penulis, entah berapa kali penulis jatuh cinta, loncat dari satu hati kehati yang lainnya, mencoba berlari dan berlari di dalam roda bernama cinta.
Penulis ini sangat pandai dalam menggunakan kata-katanya atau gaya bahasa dan penggunaan kata yang digunakan Radith juga sangat mengena, walapun kata-katanya banyak slenge-an tetapi dia tahu bahwa kata-kata yang slenge-an itu kata-kata yang mudah untuk dipahami oleh pembaca apa lagi anak-anak muda jaman sekarang. Aspek Emotif itu sendiri adalah berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajak pada emosi atau perasaan pembaca. Dan hebatnya juga penulis bisa membuat pembacanya seperti benar-banar diajak menyaksikan atau melihat secara langsung adegan-adegan yang ada di buku ini. Dalam novel ini menceritakan tentang cinta, berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang selalu bertema komedi dan kekonyolannya si pengarang. Tapi bukan berarti di buku ini terus menerus menceritakan kesedihan atau sampai mengeluarkan air mata. Buku ini secara keseluruhan cukup menarik, dan pembahasan tentang cintanya menurut saya sampai kepada pembaca, terutama orang yang jatuh cinta diam-diam yang menggambarkan bagaimana seseorang yang mencintai seseorang tapi takut untuk mengungkapkannya, karena hal tersebut pasti pernah dirasakan oleh hampir semua orang. Alurnya juga mudah untuk diikuti. Saya bahkan ikut merasakan bagaimana rasanya cinta kepada seseorang dengan diam-diam, sama halnya dengan radith yang cintanya bertepuk sebelah tangan, radith yang memilih untuk merelakan orang yang dicintainya dan hanya bisa berdoa semoga orang itu dapat yang terbaik dari pada dirinya.
Radit bukan hanya menceritakan tentang masalah percintaan tapi ada juga yang mengenai masalah kekeluargaan. Seperti halnya dia bisa memperhatikan pada saat adik kesayangannya akan disunat yaitu edgar, walaupun dia sering dihantui dengan kecemasan mamahnya dengan sunatan edgar. Tapi dengan sabar mutunpun terus menasehati edgar agar tetap semangat untuk disunat. Hikmah yang bisa saya ambil tentang kekompakan dan curahan kasih sayang sebuah keluarga. Walau sang tokoh sangat slenge-an, cuek tak memperdulikan sekelilingnya tapi dia juga sangat perhatian dengan adik-adiknya bahkan sampe-sampe sang kucing di bikin tokoh utama di bagian terakhir, bahkan yang tidak masuk diakal menyamakan sekor binatang yaitu kucing dengan manusia. Lagi-lagi semuanya dikemas dengan komedi hiperbola.
KESIMPULAN
Kesimpulannya mendapatkan cinta itu bukan dengan pelet atau dengan datang ke dukun terdekat, tetapi menggunakan hati dan persaan serta menyakinkan bahwa kita itu benar-benar sayang kepandanya yaitu wanita yang kita sukai atau cintai, Allah sudah mengatur jodoh para umatnya makanya kita tidak usah takut tidak kebagian pasangan karena pasangan itu akan datang dengan sendirinya kalau kitanya yang mau berusaha dan berdo’a untuk mendapatkannya. Allah membeci orang-orang yang menggunkan pelet dan pergi ke dukun untuk mendapatkan pasangannya, seakan-akan kita tidak percaya kepada Allah tidak memberikan jodoh. Yang harus di ingat untuk remaja zaman sekarang adalah mencari wanita atau pacar yang idela itu tidak ada tetapi mengidealkan seorang wanita atau pacar itu baru ada.
PENUTUP
Demikian yang saya paparkan mengenai novel ini. tentunya nasih banyak kekurangan dan kelemahanya
Penulis banyak berharap para pembaca yang memberikan keritik dan saran yang membangun demi ke sempurnaanya resensipenulisan resensi di kesempatan berikutnya . Semoga resensi ini berguana bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umunya.